Sabtu, 06 Februari 2016

Utsman Bin Affan





Utsman bin Affan adalah sahabat  nabi dan  juga  khalifah  ketiga dalam Khulafaur Rasyidin. Beliau dikenal sebagai  pedagang  kaya  raya dan ekonom  yang  handal  namun  sangat dermawan. Banyak bantuan ekonomi yang diberikannya kepada umat Islam di awal dakwah Islam. Ia mendapat  julukan Dzunnurain yang  berarti  yang memiliki dua cahaya. Julukan  ini didapat  karena Utsman telah menikahi  puteri  kedua dan ketiga dari Rasullah Saw  yaitu Ruqayah dan Ummu Kaltsum.

Usman bin Affan  lahir  pada  574  Masehi dari golongan Bani Umayyah. Nama ibu beliau adalah Arwa binti Kuriz bin Rabiah. Beliau  masuk Islam atas ajakan  Abu Bakar dan termasuk  golongan  Assabiqunal  Awwalun  (golongan  yang  pertama-tama masuk Islam). Rasulullah Saw sendiri  menggambarkan Utsman bin Affan sebagai  pribadi  yang  paling jujur dan rendah  hati diantara kaum  muslimin. Diriwayatkan  oleh Imam  Muslim  bahwa Aisyah  bertanya  kepada  Rasulullah Saw, ‘Abu Bakar  masuk  tapi  engkau  biasa  saja dan tidak  memberi  perhatian  khusus, lalu Umar  masuk  engkau  pun  biasa  saja dan  tidak memberi  perhatian  khusus.  Akan  tetapi  ketika  Utsman  masuk  engkau  terus duduk dan membetulkan  pakaian,  mengapa?’ Rasullullah  menjawab, “Apakah  aku  tidak  malu terhadap  orang  yang  malaikat  saja  malu  kepadanya?”
Pada  saat  seruan  hijrah  pertama  oleh  Rasullullah Saw  ke  Habbasyiah  karena meningkatnya  tekanan  kaum  Quraisy  terhadap  umat Islam, Utsman bersama istri dan kaum  muslimin  lainnya  memenuhi  seruan t ersebut  dan hijrah  ke  Habbasyiah  hingga tekanan  dari  kaum  Quraisy  reda. Tak  lama tinggal di Mekah, Utsman  mengikuti  Nabi Muhammad  Saw  untuk hijrah ke Madinah. Pada  peristiwa  Hudaibiyah, Utsman  dikirim oleh  Rasullah  untuk  menemui  Abu Sofyan di Mekkah. Utsman diperintahkan  Nabi  untuk menegaskan  bahwa rombongan  dari  Madinah hanya akan  beribadah di Ka’bah, lalu segera kembali ke Madinah, bukan untuk memerangi penduduk Mekkah.
Pada saat  Perang  Dzatirriqa dan Perang  Ghatfahan  berkecamuk, dimana Rasullullah Saw memimpin perang, Utsman dipercaya menjabat walikota Madinah. Saat Perang Tabuk, Utsman  mendermakan 1000 1000 ekor  unta dan 70 ekor kuda, ditambah 1000 dirham sumbangan pribadi  untuk  perang  Tabuk, nilainya sama dengan  sepertiga  biaya  perang tersebut. Utsman  bin Affan  juga menunjukkan kedermawanannya  tatkala membeli sumur yang  jernih  airnya dari  seorang  Yahudi  seharga 200.000 dirham  yang  kira-kira  sama dengan dua setengah  kg  emas  pada  waktu itu. Sumur  itu beliau  wakafkan untuk
kepentingan  rakyat  umum. Pada masa  pemerintahan Abu Bakar, Utsman juga pernah memberikan gandum yang diangkut dengan 1000 unta untuk membantu kaum miskin yang menderita di musim kering.
Setelah wafatnya Umar bin Khatab sebagai khalifah kedua, diadakanlah musyawarah untuk memilik khalifah selanjutnya. Ada enam orang kandidat khalifah yang diusulkan yaitu Ali bin Abi Thalib, Utsman bin Affan, Abdurahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqas, Zubair bin Awwam dan Thalhah bin Ubaidillah. Selanjutnya Abdurrahman bin Auff, Sa’ad bin Abi Waqas, Zubair bin Awwam, dan Thalhah bin Ubaidillah mengundurkan diri hingga hanya Utsman dan Ali yang tertinggal. Suara masyarakat pada saat itu cenderung memilih Utsman menjadi khalifah ketiga. Maka diangkatlah Utsman yang berumur 70 tahun menjadi khalifah ketiga dan yang tertua, serta yang pertama dipilih dari beberapa calon. Peristiwa ini terjadi pada bulan Muharram 24 H. Utsman menjadi khalifah di saat pemerintah Islam telah betul-betul mapan dan terstruktur.
Beliau adalah khalifah kali pertama yang melakukan perluasan masjid al-Haram (Mekkah) dan masjid Nabawi (Madinah) karena semakin ramai umat Islam yang menjalankan rukun Islam kelima (haji). Beliau mencetuskan ide polisi keamanan bagi rakyatnya; membuat bangunan khusus untuk mahkamah dan mengadili perkara yang sebelumnya dilakukan di masjid; membangun pertanian, menaklukan Syiria, Afrika Utara, Persia, Khurasan, Palestina, Siprus, Rodhes, dan juga membentuk angkatan laut yang kuat. Jasanya yang paling besar adalah saat mengeluarkan kebijakan untuk mengumpulkan Al-Quran dalam satu mushaf.
Selama masa jabatannya, Utsman banyak mengganti gubernur wilayah yang tidak cocok atau kurang cakap dan menggantikaannya dengan orang-orang yang lebih kredibel. Namun hal ini banyak membuat sakit hati pejabat yang diturunkan sehingga mereka bersekongkol untuk membunuh khalifah. Khalifah Utsman kemudian dikepung oleh pemberontak selama 40 hari dimulai dari bulan Ramadhan hingga Dzulhijah. Meski Utsman mempunyai kekuatan untuk menyingkirkan pemberontak, namun ia berprinsip untuk tidak menumpahkan darah umat Islam. Utsman akhirnya wafat sebagai syahid pada hari Jumat tanggal 17 Dzulhijah 35 H ketika para pemberontak berhasil memasuki rumahnya dan membunuh Utsman saat sedang membaca Al-Quran. Persis seperti apa yang disampaikan Rasullullah Saw perihal kematian Utsman yang syahid nantinya. Beliau dimakamkan di kuburan Baqi di Madinah.

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright © EnnLaw | Floating Leaves template designed by ennyLaw | eLaw's Design