MAKALAH
OLEH
RAFIKA
INTAN SAPUTRA
NIM
2013.5501.03510
INSTITUT AGAMA ISLAM ( IAI )
SUNAN GIRI BOJONEGORO
2015/2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Manusia
terdiri dari ruh
dan jasad, karenanya
Allah Swt menundukkan
keduanya secara keseluruhan,
baik ketika di
mahsyar, diberi pahala
atau disiksa. Ruh
adalah mahluk. Beberapa hadits mengidentifikasikan bahwa
ruh adalah materi
yang lembut. Bagi
sementara pihak yang
berkata bahwa ruh
adalah qadim, merupakan
kekeliruan besar. Ahli
hakikat dari kalangan
ahli sunah berbeda
panangan soal ruh.
Ada yang berpendapat,
ruh adalah kehidupan, yang lain
berpandangan bahwa ruh
adalah kenyataan yang
ada dalam hati,
yang bernuansa lembut.
Allah Swt menjalankan
kebiasaan mahluk dengan
menciptakan kehidupan dalam
hati, sepanjang arwah
menempel dibadan. Manusia
hidup dengan sifat
kehidupan, tetapi arwah
selalu dicetak didalam
hati dan bisa naik
ketika tidur dan
terpisah dengan badan,
kemudian kembali kepada-Nya.
1.2
Rumusan
Masalah
Dalam
judul makalah ini “AR RUH SEBAGAI DIMENSI SPIRITUAL PSIKIS MANUSIA “penulis merumuskan
masalah sebagai berikut :
a. Apa
pengertian dari Ar-ruh ?
b. Bagaimana
karakteristik Ar-ruh ?
c. Apa
yang dimaksud dengan Ar-ruh sebagai dimensi spiritual psikis manusia ?
1.3
Tujuan Penulisan
Berdasarkan
rumusan masalah diatas maka tujuan penulisan makalah ini adalah :
a. Untuk mengetahui apa pengertian dari Ar-ruh.
b. Untuk mengetahui bagaimana karakteristik Ar-ruh.
c. Untuk mengetahui
Ar-ruh sebagai dimensi spiritual spikis manusia.
1.4
Metode Penulisan
Metode
yang digunakan dalam penulisan karya tulis
ilmiah ini adalah :
a. Study Dokumen
: Mencari data - data
yang berkaitan dengan
Ar-ruh dan dimensi psikis manusia baik
dari buku –buku maupun
dari internet.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Ar-ruh
Menurut Ibnu
Zakaria (w.395 / 1004 M) menjelaskan bahwa kata ar-ruh dan semua kata yang
memiliki kata asli yang terdiri dari huruf ra, wawu, ha, mempunyai arti dasar
besar, luas dan asli. Makna itu
mengisyaratkan bahwa ar ruh merupakan sesuatu yang agung, besar dan mulia, baik
nilai maupun kedudukannya dalam diri manusi. Al-Raqib al-Asfahaniy (w. 503 H /
1108 M), mengatakan diantara makna ar-ruh adalah an-nafs (jiwa manusia). Makna
disini adalah dalam arti aspek atau dimensi, yaitu bahwa sebagai aspek atau
dimensi jiwa manusia adalah ar-ruh. Nyawa (ruh) menurut al-Ghazali mengandung
dua pengertian, pertama : tubuh halus (jisim lathif). Sumbernya itu lubang hati
yang bertubuh. Lalu bertebar dengan perantaraan urat-urat yang memanjang
kebagian seluruh tubuh yang lain. Pengertian kedua yaitu : yang halus dari
manusia, yang mengetahui dan yang merasa. Dan itulah salah satu pengertian
hati.
Banyak ulama’
yang menyamakan pengertian antara ruh dan jasad. Berasal dari alam arwah dan
memerintah dan menggunakan jasadnya sebagai alatnya. Ruh berasal dari tabiat
ilahi dan cenderung kembali ke asal semula. Ia selalu dinisbahkan kepada Allah
dan tetap berada dalam keadaan suci. Karena ruh bersifat kerohanian dan selalu
suci, maka setelah ditiup oleh Allah dan berda dalam jasad, ia tetap suci. Ruh
didalam diri manusia berfungsi sebagai sumber moral yang baik dan mulia. Jika
ruh merupakan sumber akhlak yang muli dan terpuji, maka lain hal nya dengan
jiwa. Jiwa adalah sumber dari akhlak tercela. Tetapi jiwa yang muthmainnah
adalah jiwa yang selalu berhubungan dengan ruh, ruh bersifat ketuhanan sebagai
sumber moral mulia dan terpuji, dan ia hanya mempunyai satu sifat, yaitu suci.
Dengan adanya
ar-ruh dalam diri manusia menyebabkan manusia menjadi mahluk yang istimewa,
unik, dan mulia. Inilah yang disebut sebagai khayalan akhar, yaitu mahluk yang
istimewa yang berbeda dengan mahluk yang lainnya. Pemahaman tentang ar-ruh
diantaranya adalah : Ruh adalah urusan Allah (Rahasia Allah SWT), sehingga
dengan demikian kita tidak tahu ruh itu seperti apa. Maka yang tau tentang
hakikat ruh adalah Allah SWT. Ruh membutuhkan “makanan”. Manusia terdiri dari
jasad dan ruh. Namun kenyataan nya manusia lebih memperhatikan kebutuhan jasad
nya dari pada kebutuhan ruh nya.
2.2 Karakteristik Ar-Ruh
Mengenai ar-ruh ada beberapa
karakteristik, antara lain :
1. Ruh
berasal dari tuhan, dan bukan berasal dari tanah / bumi.
2. Ruh
adalah unik. Tak sama dengan akal budi, jasmani dan jiwa manusia. Ruh yang
berasal dari Allah itu merupakan sarana pokok untuk munajat kehadirat-Nya.
3. Ruh
tetap hidup sekalipun kita tidur / tak sadar.
4. Ruh
dapat menjadi kotor dengan dosa dan noda, tetapi dapat pula dibersihkan dan
menjadi suci.
5. Ruh
karena sangat lembut dan halusnya mengambil “wujud” serupa “wadah”-nya,
parallel dengan zat cair, gas dan cahaya yang “bentuk”-nya serupa tempat ia
berada.
6. Tasawuf
mengikutsertakan ruh kita beribadah kepada tuhan.
7. Tasawuh
melatih untuk menyebut kalimat Allah tidak saja sampai pada taraf kesadaran
lahiriyah, tapi juga tembus kedalam alam rohaniah. Kalimat Allah yang termuat
dalam ruh itu pada gilirannya dapat membawa ruh itu sendiri ke alam ketuhanan.
Menurut ilmu batin pada diri
manusia terdapat sembilan jenis ruh. Masing- masing ruh mempunyai fungsi
sendiri sendiri. Ke sembilan macam roh yang ada pada manusia itu adalah sebagai
berikut :
1. Roh
Idhofi : adalah roh yang sangat utama bagi manusia. Roh idhofi juga disebut
“JAUHAR AWAL SUCI”, karena roh inilah maka manusia dapat hidup. Bila roh
tersebut keluar dari raga, maka manusia yang bersangkutan akan mati.
2. Roh
Robbani : roh yang dikuasai dan diperintah oleh roh idhofi. Alamnya roh ini ada
dalam cahaya kuning diam tak bergerak. Bila kita berhasil menjumpainya maka
kita tak mempunyai kehendak apa-apa. Hatipun terasa tentram. Tubuh tak
merasakan apa-apa.
3. Roh
Rohani : roh inipun juga dikuasai oleh roh idhofi. Karena adanya roh rohani
ini, maka manusia memiliki kehendak dua rupa. Kadang kadang suka sesuatu,
tetapi di lain waktu ia tak menyukainya. Roh ini mempengaruhi perbuatan baik
dan perbuatan buruk. Roh inilah yang menempati pada 4 jenis nafsu, yaitu : 1.
Nafsu Luwamah. 2. Nafsu Amarah. 3. Nafsu Supiyah. 4. Nafsu Mulamah.
4. Roh
Nurani : roh ini dibawah pengaruh roh idhofi. Roh Nurani ini mempunyai pembawa
sifat tenang. Karena adanya roh ini menjadikan manusia menjadikan manusia yang
bersangkutan jadi terang hatinya. Kalau roh ini meninggalkan tubuh maka orang
tersebut hatinya menjadi gelap dan gelap pikirannya.
5. Roh
Kudus : roh yang dibawah kendali roh idhofi juga. Roh ini mempengaruhi orang yang
bersangkutan mau memberi pertolongan kepada sesama manusia, mempengaruhi
perbuatan kebajikan dan mempengaruhi berbuat ibadah sesuai dengan kepercayaan
yang dianutnya.
6. Roh
Rohmani : roh yang juga dibawah kekuasaan roh idhofi. Roh ini desebut roh pemurah.
Karena diambil dari kata “Rahman” yang artinya pemurah. Roh ini mempengaruhi
manusia bersifat sosial, suka memberi.
7. Roh
Jasmani : roh yang dibawah kekuasaan roh idhofi. Roh ini menguasai seluruh
darah dan urat syaraf manusia.
8. Roh
Nabati : ialah roh yang mengendalikan perkembangan dan pertumbuhan badan. Roh
ini juga dibawah kuasa roh idhofi.
9.
Roh Rewani : ialah roh yang menjaga raga
kita. Bila roh rewani keluar dari tubuh maka orang yang bersangkutan akan
tidur. Jadi kepergian roh Rewani dan kehadiran nya kembali diatur oleh roh
idhofi. Demikian juga roh roh yang lain
dalam tubuh, sangat dekat hubungannya dengan roh idhofi.
2.3 Ar-ruh sebagai dimensi spirituan psikis
manusia
Dimensi
dimaksudkan adalah sisi psikis yang memiliki kadar dan nilai tertentu dalam
sistem “organisasi” jiwa manusia. Dimensi spiritual dimaksudkan adalah sisi
jiwa yang memiliki sifat sifat ilahiyah (ketuhanan) dan memiliki daya untuk
menarik dan mendorong dimensi dimensi lainnya untuk mewujudkan sifat sifat
tuhan dalam dirinya. Pemilihan sifat sifat tuhan bermakna memiliki potensi
potensi lahir batin. Potensi potensi ini melekat pada dimesi dimensi psikis
manusia dan memerlukan aktualisasi. Dimensi psikis manusia yang bersumber
secara langsung dari tuhan ini adalah dimensi ar-ruh. Dimensi ar-ruh ini
membawa sifat sifat dan daya daya yang dimiliki oleh sumbernya, yaitu Allah. Perwujudan
dari sifat sifat dan daya daya itu pada gilirannya memberikan potensi secara
internal didalam dirinya untuk menjadi khalifah Allah, atau wakil Allah.
Tegasnya bahwa dimensi ar ruh merupakan daya potensialitas internal dalam diri
manusia yang akan mewujud secara aktual sebagai khalifah Allah.
Dalam Al-Qur’an
dijelaskan kata al-ruh berhubungan dengan aspek atau dimensi psikis manusia.
Berikut dijelaskan bahwa Allah “meniup” kan ruh-Nya kedalam jiwa dan jasad
manusia. Sebagaimana yang terdapat dalam ayat berikut ini :
“Maka apabila
aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan ke dalam ruh nya (ciptaan) ku, maka tunduklah kamu
kepadanya dengan bersujud” (QS.Al-Hijr : 29)
Berdasarkan ayat
diatas, kata ruh dihubungkan dengan Allah. Istilah yang digunakan untuk
menyatakan hubungan itu juga beragam, seperti ar-ruh minhu ruhina, al-ruhiy, ruh min amri rabbi. Selanjutnya, ruh
Allah itu diciptakan kepada manusia melalui proses al-nafakh. Berbeda dengan
al-nafs, sebab nafs telah ada sejak nutfan dalam proses konsepsi., sedangkan
ruh baru diciptakan setelah nutfan mencapai kondisi istimewa. Karena itu
merupakan dimensi jiwa yang khusus bagi manusia. Adapun ruh diciptakan jauh
sebelum manusia dilahirkan, berfungsi semasa hidup dan setelah meninggal ruh
akan pinda ke alam baqa untuk mempertanggung jawabkan perbuatan kedalam hadirat
ilahi. Jadi ruh itu ada dalam diri manusia, tapi tidak kasat mata karena sangat
halus, gaib serta dimensinya yang jauh lebih tinggi dari alam pikiran, serta
tahapannya pun diatas alam sadar. Ruh dengan demikian merupakan salah satu
dimensi yang ada pada manusia disamping dimensi ragawi dan dimensi kejiwaan,
yang ada sebelum dan sesudah masa kehidupan manusia.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Al-ruh merupakan
dimennsi jiwa manusia yang sifatnya spiritual dan potensi yang berasal dari
tuhan. Dimensi ini menyebabkan manusia memiliki sifat ilahiyah (sifat
ketuhanan) dan mendorong manusia untuk mewujudkan sifat ruhan itu dalam
kehidupannya didunia. Dengan ini maka manusia menjadi makhluk yang semi samawi
ardi. Yaitu mahluk yang memiliki unsur unsur alam dan potensi potensi ketuhanan.
DAFTAR PUSTAKA
0 komentar:
Posting Komentar